Eva Nur Mazidah
120710209
PKBU
Final Exam
Die Cast: Lebih dari Sebuah Mainan
Hampir setiap orang sekarang ini mempuyai gaya hidup masing-masing untuk menunjukkan siapa dirinya. Hal ini bisa dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, arus informasi dari berbagai media, dan pengaruh-pengaruh lainnya. Seperti contoh majalah-majalah yang diungkapkan Chaney (1996) yang dibaca oleh kelas menengah ke atas. Majalah-majalah tersebut menanamkan nilai, cita rasa, gaya dan di dalamnya terdapat ideology yang menawarkan fantasi seperti Get Fun! Bisa dikatakan bahwa gaya hidup yang kita ikuti nerupakan bentuk prestise yang ingin kita tanpilkan pada oeang lain. Sperti yang diungkapkan Goffman dalan Chaney (1996) bahwa hidup kita seperti di atas panggung, seolah-olah kita ada untuk dilihat dan melihat dan menunjukkan “jika kita bergaya, maka kita ada.”
Dalam esai ini adak dibahas sebuah komunitas yang ada di beberapa wilayah di Indonesia, komunitas Die Cast. Komunitas ini merupakan salah satu contok komunitas masyarakat urban yang menawarkan gaya hidup tertentu bagi para pengikutnya. Selain itu, akan dibahas pula kegiatan-kegiatan apa saya yang dilakukan komunitas tersebut.
Die Cast merupakan mainan yang terbuat dari metal. Biasanya merupakan replika dari benda aslinya. Die Cast meliputi replika mobil, pesawat, kereta api, dan tiruan alat transportasi lainnya. Esai ini hanya akan membahas mobil Die Cast. Ukuran Die Cast ini bermacam-macam mulai 1:64, 1:24, san 1: 18. Die Cast merupakan replica dari mobil-mobil dari berbagai merek dan tipe. Bentuk, detail, presisi dan lainnya hampir seperti aslinya. Mereknya pun beragam dan harganya bervariasi tergantung dari ukuran, detail, presisi, tipe dan kelangkaannya. Machrus, salah satu penggila Die Cast yang tinggal di Bandung, (Komunikasi personal, 6 Januari 2011) mengatakan kalau tipe Die Cast Jada ukuran 1:64 harganya berkisar 50ribu sampai 100ribu rupiah, 1:24 dengan kisaran harga 200 ribu sampai 500 ribu per unit, dan 1:18 dengan 500 ribu sampai 900ribu per unit. Harga sebuah mobil Die Cast di Indonesia bisa mencapai lebih dari 10 juta jika memang benar-benar langka dan digemari. Machrus sendiri lebih sering menoleksi Jada karena detailnya yang lumayan bagus dan kebanyakan merupakan jenis mobil yang dimodifikasi.
Die Cast bagi dia merupakan hobi. Semuanya berawal dari kesuakannya terhadap otomotif. Meskipun dia seorang mahasiswa aeronautika di Bandung, dia lebih memilih mobil karena mimpinya memiliki banyak mobil balap yang bagus. Karena belum mampu membeli yang asli, dia melampiaskannya dengan cara membali replikanya, Die Cast. Setahun tearkhir dia menemukan komunitas pecinta Die Cast dan banyak hal yang dia dapatkan setelah bergabung di sana. Koleksinya sudah lebih dari 150 unit dari berbagai ukuran. Perburuannya mulai dari toko-toko mainan di pasar dan mall Surabaya, Bandung dan Jakarta. Banyak uang yang dia keluarkan untuk mengukiti hobinya, apalagi jika dia mempunyai jenis mobil yang langka, rasa bangga memiliki pun muncul. Tidak jarang juga para penggila Die Cast ini adalah kebanyakan orang yang sudah bekerja bahkan bapak-bapak karena budgetnya pun cukup tinggi.
Berkaitan dengan argumentasi Chaney (1996), dia mengatakan “kamu bergaya maka kamu ada.” Mungkin itu yang bisa dikatakan jika kita melihat tingkah laku komunitas ini dan komunitas lain sekarang. Bagi penggila Die Cast, ini bisa menjadi identitas mereka yang baru. Presise bagi mereka ketika bisa memiliki Die Cast terutama collectible items. Semakin langka Die Cast yang mereka miliki, semakin tinggi prestise yang mereka punya.
Retno (2010) mengatakan Die Cast Honda CRV atau Toyota Camry tahun 2009 ukuran 1:64 yang semula 15ribu berubah 10 kali lipat dalam waktu 2 bulan. Lonjakan harga terjadi juga bahkan 15 kali lipat untuk Nissan X-trail, Toyota Yaris, dan Honda Jazz. Menjadi seuah kebanggaan bagi para penggila Die Castuntuk bisa memiliki miniature mobil-mobil itu. Mereka bahkan tidak segan-segan membeli dengan harga yang jauh di atas harga normal hanya untuk sebuak mobil mainan. Hal ini sebenarnya bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk conspicuous consumption. Mereka menjadikan Die Cast sebagai penanda social tentang apa yang mereka “lakukan” untuk hidup (Chaney, 1996). Mereka hidup untuk Die Cast. Itulah perilaku masyarakat urban yang bisa kita lihat dari komunitas ini.
Menurut Machrus, menjadi pemburu Die Cast tidak hanya menjelajahi toko ke toko, tetapi juga bisa dari pertemuan-pertemuan rutin yang biasa dilakukan oleh komunitas ini. Mungkin itulah ritual yang bisasa mereka lakukan, tidak hanya berburu dari toko ke toko, memajang dan merawat Die Cast, tetapi juga mengikuti pertemuan atau swapmeet. Mereka biasanya berkumpul di mall membawa mobil-mobil Die Cast mereka. Ada yang sekedar memamerkan, bertukar informasi, jual beli, barter dan senagainya. Lebih dari itu, komunitas ini ternyata mempunyai system tatanan social atau kepengurusan tapi hanya sebatas di kota-kota besar seeprti di Bandung, Jakarta, dan kota-kota besar laiinya. Ritual pertemuan rutin mereka biasanya diadakan di mall sekali minimal setiap bulannya. Menurut Machrus, di Bandug biasanya sebulan 2 kali kumpul dan di Surabaya pertemuan ini dilakukan di depan Mc D, Tunjungan Plasa jam 4 sore setiap minggu ke-2 setiap bulan.
Sangat terlihat sekali sisi conspicuous consumption mereka. Apapun mau mereka lakukan demi Die Cast idaman. Bahkan ada sebuah produk Jepang, miniature Nissan Fairla_daz432 produksi merek Tomica, keluar Mei lalu dan penggilanya sudah memasang harga hingga 7 juta yen ( 709,21 jutaan) hanya untuk sebuah mobil mainan. Di Indonesia, barang yang belum keluar pun seperti Nissan Frontier Navara yang baru keluar Mei 2010 sudah dipesan dimana-mana wlau harganya belum pasti dan semuanya di atas 3 buah. Ada yang beranggapan bahwa Die Cast bisa dijadikan investasi karena mereka bisa menghasilkan uang berkali-kali lipat dari harga yang dibeli. Semakin langka Die Castnya, semakin tinggi prestise pemiliknya, semakin tinggi pula harga jualnya. Mereka pada akhirnya membeli bukan karena Die Castnya tetapi karena citra di antara pemilik Die Cast lainnya.
Featherstone dalam Chaney (1996) mengatakan 3 hal tentang konsumsi. Pertama yakni tahapan perkembangan kapitalis. Kedua yakni penggunaan benda dan penggambaran status. Ini bisa dilihat dari cara para penggila Die Cast yang berburu Die Cast kesana kemari, mebeli dengan harga yang terkadang tidak masuk akal dan hal-hal lainnya. Mereka juga mencari prestise dari Die Cast yang mereka punya. Yangketiga yakni estetika konsumsi. Suwono (2010) menuliskan bahwa ada 2 tipe kolektor Die Cast, the Real Die Cast Collector dan Instant Die Cast Collector. 2 hal ini menggambarkan bagaimana mereka mengumpulkan Die Cast. Dalam artikelnya (2010), untuk 1 unit Die Cast 1: 64 harga rata-rata 20 ribuan untuk yang standard an yang collectible item bisa mencapai 50 ribu sampai 250 ribu. Mereka pasti gemas melihat ada tipe batu dan mereka pun mulai berburu dari toko mainan, supermarket, hypermarket, dan tempat-tempat lain yang menjual Die Cast demi seri tertentu yang langka. Mereka ada pula yang ber-KKN dengan pramuniaga untuk mendapatkan mobil-mobilan buruan mereka. Yang dimaksudkan dengan the real Die Cast collector yakni panggilan untuk mereka yang mau membeli Die Cast lngka degan harga resmi, berburu kesana kemari. Sedangkan instant Die Cast collector adalah untuk yang tidak punya banyak waktu dan memilih cara instant seperti membeli ke reseller atau secara online. Intinya seri Die Cast boleh sama, tapi demi kepuasan berbeda lagi urusannya.
Itulah salah satu bentuk gaya hidup moderen orang-orang kota. Konsumsi terhadap suatu barang tertentu telah menjadikan waktu luang mereka seperti harapan untuk membuat waktu luang mereka lebih “berarti” (Chaney, 1996). Menjadi penggila Die Cast, menjadi kolektor barang, menjadikan mereka masuk ke dalam komunitas sejenis dan merubah perilaku konsusi mereka dari yang biasa saja menjadi pemburu Die Cast yang meburu kesana kemari demi Die Cast idaman dan langkah demi prestise di antara mereka. Tak terhitung berapa kocek yang mereka rogoh demi koleksi mereka. Maka dari itu “Mereka punya Die Cast langka, maka mereka ada.”
Daftar Pustaka
Chaney, . 1996. Lifestyles: Key Ideas. London: Routledge.
Retno, H. Y. 2010a. Lambang Pencitraan. Diakses pada 18 Januari 2011 padahttp://bataviase.co.id/node/213177
-------------. 2010b. Mau Barter Atau Beli?. Diakses pada 18 Januari 2011 pada http://bataviase.co.id/node/213178
Sowono, JOko. 2010. The Real Die Cast Collector VS Instant Die Cast Collector. Diakses pada 18 Januari 2011 pada http://jojodesain.wordpress.com/2010/05/29/the-real-die-cast-collector-vs-instan-die-cast-collector/
Senin, 11 Juli 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar