EVA NUR MAZIDAH
120710209
PKBU SENIN JAM 1
RINGKASAN KULIAH UMUM
Monumen yang sering kita lihat menghiasi kota, ternyata memiliki makna yang lebih dalam daripada sebuah bagunan dan patung. Monumen bisa diartikan sebagai penyimpanan memori jangka panjang. Selama ini dalam monumen itu sendiri ada patung dan inskripi yang memeberikan informasi tentang monumen itu.
Secara historiografi, monumen itu dilihat dari segi sejarah yang menjajah dan dijajah, kontradiksi antara mengingat dan menghapus memori masa lau, dan penghubung titik temu dari masa lalu. Maka dari itu dalam kuliah tamu ini dibahas secara keseluruhan sudut pandang yang ada dalam menyikapi monumen 3 tokoh Belanda yang masing-masing berada di dua negara, Balanda dan Indonesia.
Coen merupakan salah satu tokoh yang menggagas ekspansi VOC di nusantara. Salah satu bentuknya dengan membangun benteng Batavia. Hal ini berimbas pada banyak hah terutama meningkatkan kesejahteraan masyarakat Belanda dan membawa mereka ke era keemasan. Maka dari itu Coen dianggap sebagai seorang pahlawan selain dia juga yang menyingkirkan Inggris dari Maluku.
Daendels adalah seorang akademisi lulusan hukum dari Belanda. Kedatangannya ke Indonesia saat perang kolonial Belanda. Dia datang ke Jawa sebagai wakil dari Perancis, di bawah komando Napoleon. Kedatangannya ke Indonesia dianggap orang-orang Belanda sebagai bentuk penghianatan karena Perancis bukan sekutu Belanda. Di samping itu, Daendels seharusnya juga perlu dibanggakan karena dia datang ke Jawa seorang diri tanpa membawa awak kapal seperti yang lain. Daendels terkenal dengan terobosannya membangun jalan raya Anyer-Panarukan dalam waktu 1 tahun. Hal ini yang akhirnya mempermudah akses eksploitatsi kekayaan di tanah Jawa dan memberikan kontribusi yang luar biasa bagi perkembangan ekonomi.
Selain Coen dan Daendels, ada juga tokoh lain yang dikenal, Van Heutsz. Dia adalah gubernur jendral di masa colonial. Dia adalah orang yang memperkenalkan gerakan anti gerilya dalam Perang Aceh dan secara tidak langsung mengalahkan Aceh. Selain itu, karenanya ekspansinya, dia juga yang akhirnya merampungkan definisi geografis dari Indonesia.
Berpindah ke masalah yang timbul akibat monumen yang dibangun untuk orang-orang tersebut, setelah beberapa puluh bahkan ratusan tahun berselang dari pembangunan monunen muncullah protes terhadap keberadaan monumen-monumen tersebut karena beberapa atas an dan kebanyakan dari daerah tempat kelahiran orang-orang tersebut.
Monumen Coen di Batavia didirikan saat peringatan 250 tahun Batavia; pernah dijual ke pihak swasta namun dibeli lagi oleh pemerintah Belanda saat peringatan hari ulang tahun Coen yang ke-350. 2 tahun kemudian museum yang di dalamnya terdapat makam Coen ini dijadikan pula sebagai Museum Wayang. Coen digambarkan memakai kostum Gatot Kaca. Hal tersebut menunjukkan bahwa Coen bercitra baik. Namun saat pemdudukan Jepang, Patung Coen secara hati-hati diturunkan unruk menghapus kenangan pahit tentang penjajahan.
Berpindah ke tanah kelahiran Coen, pemerintah disana membangun patung Coen untuk memperingati ulang tahunnya yang ke-300. bahkan setelah 50 tahun kemudian Coen masih memiliki nama yang harum disana. Namun, dalam masa persiapan ulang tahun yang ke-350, banyak protes muncul yang menguak kejahatan Coen, yakni pembunuhan 14.000 orang Hindia di Pulau Banda tanpa peringatan. Protes tersebut diwujudkan dengan banyak aksi dan menganggap Coen sebagai bajak laut yang kejam. Jadi, setelah 100 tahun berdirinya patung Coen, dia tidak dianggap lagi sebagai pahlawan terutama bagi warga Hoorn, tempat dia lahir dan tempat monumennya ada.
Zaman perang colonial, Daendels mendapatkan sambutan yang baik dari Ratu Bealanda dan dijadikan sebagai penasihat pertahanan Ratu. Melihat di Hatten, tempat kelahirannya, penghargaannya tidak seperti tentara/negarawan/gubernur jandral. Penghargaannya hanya sebatas plakat biasa dan rumah mertuanya yang tidak pernak ditempatinya dan dijadikannya sebagai nama jalan yang menuai banyak protes.
Beralih ke Sumedang, disana terdapat patung Paendels bersama Pangeran Sumedang. Selain itu monumen terbesar Daendels di Jawa yakni jalan raya sepanjang 1.100 km dari Anyer ke Panarukan yang dikerjakan oleh orang-orang pribumi seama 1 tahun. Di Indonesia, salah satu perayaan 200 tahun pembangunan tersebut diadakan Ekspedisi 200 Tahun Anyer-Panarukan tahun 2008 dalam rangka HUT RI ke-64. Hal ini bukan untuk mengenang Daendels, tetapi mengenang perjuangan orang-orang pribumi kita untuk membangun jalan Deandels.
Tokoh terakhir dalam pembahasan kali ini dalah Van Heutsz. Monumennya dibangun tahun 1932. di salah satu dinding monumen tersebut terdapat 3 relief orang pribumi (Aceh, Jawa, dan Papua). Inti dari monumen Van Heutsz adalah penuntasan aneksasi HIndia Belanda. Monumen ini menuai banyak protes dari kelompok nasionalsi karena bias memperdalam lika lama karena dianggap sebagai symbol kekuasaan Belanda terhadap Indonesia. Banyak hal terjadi disana dan akhirnya tahun 1953 monuman tersebut dihancurkan. Hal berbeda terjadi di Aceh. Disana bardiri kokoh patung setengah badan Van Heutsz. Sejak tahun 1932. namun sebelum kedatangan Jepang dan menjadi sasaran penghancuran, petung ini dikirim ke Belanda dan ditempatkan di Bronbeek, resimen Van Heutsz, dan tiruannya dilektakkan di Museum MIliter di Delft dan markas militer di Schaarsbergen, Arnhem. Tahun 1993, atas permintaan Aceh, sebuah plakat perunggu tiruan diirim kesana oleh Duta Besar Belanda.
Beralih ke monumen Van Heutsz di BElanda, monumennya ternyata menuai banyak protes dan keberatan atas keberadaan plakat tiruan monumen Van Heutsz. Banyak sekali maslah yang timbul dari protes terhadap monumen tersebut. Akhirnya, sebuah proposal dibuat bahwasannya monumen Van Heutsz akan ditujukan untuk dan diganti nama “Monument Indie-Nederaland, 1596-1949” tahun 2004.
Sebagai kesimpulan dari kajian terhadap monumen yang ada, masa lampau bisa dibaca lewat monument karena meonumen menyimpan banyak sejarah untuk diceritakan. Bagi bangsa Belanda, monumen-monumen ynag dibangun awalnya merupakan sebuah kabanggaan atas sebuah pencapaian namun seiring perkembangan waktu kebanggaan tersebut menjadi kemarahan dan rasa benci terhadap monumen tersebut. Bagi bangsa Indonesia, hal yang berkebalikan terjadi. Yang muncul saat ini sebagai sebuah bentuk penghargaan untuk masa lalu adalah rasa nasionalsime yang tinggi, negasi terhadap rasa sakit dan kebencian masa lalu, dan inspirasi untuk terus belajar lebih baik dari masa lalu. Yang muncul disamping itu juda adalah netralisasi terhadap 3 tokoh Belanda yang dulu disebut sebagai penjajah.
KULIAH UMUM: PAK PETERS
Kota-kota di Jawa sudah menjadi Urban Corridor (ekonomi, mobilisasi, transportasi salingberkaitan) yang menyebabkan tingkat mobilitas semakin tinggi. Karena mobilitas tinggi, masalah juga semakin tinggi seperti contoh munculnya “hantu-hantu kota”. Pemerintah kemudian berupaya untuk melakukan pemutihan terhadap pendatang agar terbebas dari hantu-hantu tesebut. Hantu-hantu kota antara lain komunis, calo, pencopet, teroris, dan lainnya yang membahayakan.mereka itu yang menyebabkan masalah keamanan jadi pemerintah harus mengetatkan pertahanan. Proses administrasi pada para pendatang menjadi salah satu cara untuk mengatasi hantu-hantu kota.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar